Rincian Aktor

1. Nisa    : Akrab dipanggil Nis, ia merupakan tim sukses Anies Baswedan

2. Jarwo  : Akrab dipanggil Wo, ia merupakan tim sukses Prabowo Subianto

3. Sutijar : Akrab dipanggil Jar, ia merupakan tim sukses Ganjar Pranowo

4. Putri    : Akrab dipanggil Put, ia lebih memilih golput daripada menjadi timses 

 


Waktu menunjukkan pukul 18:15 WIB. Orang-orang berjamaah di Masjid mulai berlalu lalang kembali ke rumah masing-masing. Di pos jaga malam sebelah masjid terlihat Nisa, Jarwo, Sutijar, dan Putri sedang asyik bercengkrama diiringi dengan siaran berita Kompas TV. Mereka berempat kini sedang menduduki bangku 3 SMA salah satu sekolah di Jawa Timur. 

     "Nis, kamu setelah lulus mau lanjut kemana?" Tanya Putri sembari membuka HappyTos yang barusan dibelinya sore tadi

    "Aku pengen lanjut kuliah, aku pengen tau bentuk kehidupan kuliah, aspirasi-aspirasi mahasiswa itu keren banget menurutku. Kalau kamu sendiri Put? Habis ini mau lanjut kemana?" Nisa menanyai balik ke Putri

    "Kalau aku sendiri sih sebenarnya nggak terlalu pengen kuliah, tapi aku setelah lulus nanti tetap daftar kuliah. Maksudku gini, aku bakal masuk kuliah tetapi ketika di pertengahan jalan ternyata dunia perkuliahan itu tidak sesuai dengan ekspektasiku yaa aku mau gak mau keluar dan putus kuliah. Memang benar katamu Nis kalau aspirasi-aspirasi mahasiswa itu keren tetapi itu kan nggak semua mahasiswa toh. Jadi kalau ternyata dunia perkuliahan tidak membuat mahasiswa berpikir kritis atau malahan menjebak mahasiswa dalam administratif negara aku bakal putus kuliah, gitu sih" Jawab Putri dengan penuh keyakinan

    "Kuliah nggak kuliah itu sama saja. Yang penting kita harus berbakti pada negara. Kita menjadi apapun itu, entah presiden, tentara, polisi, PNS, bahkan panjual asongan pun tetap harus memberikan kontrubusi dalam menuju Indonesia Emas, apalagi kita kan Gen Z guys, kita yang akan membawa nama Indonesia pada 2045 nanti" Sahut Jarwo menyelai percakapan Nisa dan Putri

    "Tak bilangin yaa guys, mending kalian jadi aktivis partai, lebih banyak benefitnya, pinter ngomong iya, aktif di medsos iya, uang gak usah ditanya itu mah, he he. Rencanaku habis lulus nanti aku mau jadi aktivis partai saja deh" Ujar Sutijar biar nggak kelihatan diem aja sih sebenarnya

    "Emang kamu mau masuk partai apa Jar?" tanya Jarwo

    "PDI lah bos, partai nomor satu di Indonesia" jawab Sutijar dengan nada penuh arogansi

    "Ooo pantes..." sahut Putri dengan tenang

   "btw pemilu tinggal 2 minggu lagi, kalian mau pilih siapa guys?" tanya Nisa kepada kawan-kawannya yang sebenarnya mereka semua sudah saling tahu akan milih siapa

    "lo lo lo gak bahaya ta?" celetuk Sutijar sehingga mereka tertawa bersamaan 

Bulan mulai bersinar indah dengan iringan bintang-bintang di langit yang tak terhitung jumlahnya. Sungguh, kuasa Tuhan yang tiada tandingnya. Sinar bulan pada malam itu memberikan kehangatan dan harapan untuk umat manusia. Harapan itu bagaikan harapan empat remaja terhadap calon pemimpin negaranya dalam waktu mendatang.

    "Dalam pemilu kali ini hal apa yang menurut kalian tak terlupakan?" tanya Putri kepada ketiga kawannya

     "Fenomena Gibran, Gibran lolos jadi cawapres dengan segala cara membuatku sadar bahwa Hukum di Indonesia sedang tidak baik-baik saja. Kalau kata film dirty vote Palu Hakim Patah berkeping-keping dihadapan putusan Almas" Jawab Sutijar dengan mantap

    "Halah Jar, kamu itu ngomong gini karena Gibran batal jadi Cawapres nya Ganjar kan? Coba Gibran jadi Cawapres nya Ganjar pasti tidak bakal ngomong seperti itu. Aku kasih tahu yaa, andaikan PDIP nggak semena-mena kepada Pak Jokowi pasti Gibran bakal jadi Cawapresnya Ganjar. PDI menurutku tuh partai paling angkuh di negara ini" Sahut Jarwo dengan tenang

    "Aku setuju dengan Jarwo, Gibran itu anak haram konstitusi. Fenomena ini membuat stigma masyarakat bahwa kita bisa dengan mudah menjadi apapun asal ada orang dalam. Nah ini Gibran langsung anaknya Jokowi loh, yaa mau gak mau harus menghalalkan segala cara dong, entah itu dari permainan aparatur negara atau pengelolaan anggara bangsa" Ucap Nisa dengan menyudutkan si Jarwo

    "Nis, memang cewek itu keras kepala yaa. Kamu sebelum ngasih kritik habis-habisan koreksi dulu dong bagaimana Paslonmu itu. Kamu nggak tau yaa adanya unsur politik identitas disitu, atau kamu sebenarnya sudah tahu tapi berusaha membutakan fenomena politik identitas itu?. Itulah sebabnya mengapa Anies dipecat dari Kabinet Jokowi." Tanggapan Jarwo terhadap statement Nisa

    "Yaa namanya politik, dulu jadi kawan sekarang jadi lawan" Celetuk Putri yang membuat ketiga kawan menatapnya bersamaan sembari tersenyum

Terdengar sayup-sayup lagu Indonesia Raya diputar. Mereka berempat masih menunggu acara debat capres-cawapres di tv pos jaga malam. Dari kejauhan terlihat Pak RT dengan kacang rebus di tangannya. Mereka berempat memang selama ini nonton debat dibarengi Pak RT. Mereka lebih suka nonton debat di TV pos jaga daripada TV rumah. Tak lain alasannya ingin berdiskusi lebih intens lagi saat iklan, layaknya Channel Najwa Shihab Nobar Debat Capres-Cawapres 2024.

    "Belum mulai ya Put?" Tanya Pak RT kepada Putri sembari menyodorkan bungkusan kacang rebus ke kawan-kawannya

    "Sudah pak, ini juga lagi menyanyikan Indonesia Raya" Jawab Putri sembari minum teh hangat pelengkap hawa dingin malam itu

    "ooo, kamu dukung siapa emangnya Put?" tanya Pak RT agak serius

    "wahh, luberjudil Pak, he he, tapi saya mau mengutarakan sebuah pendapat pak, saat ini situasi politik dari ketiga paslon mengalami dilemanya masing-masing. Paslon satu terkenal dengan politik identitasnya, begitupun dengan Paslon dua yang sangat terkenal dengan politik dinastinya, sedangkan posisi paslon tiga terdapat posisi dilema partai yang mana kalau sampai menang mereka tidak menyisakan sedikitpun kursi pemerintahan bagi non-partai" Jawab Putri dengan lugas

    "oke, saya tau arah bicaramu, menurut bapak tidak memilih merupakan hal tercela di mata bangsa. Ia merelakan hak suaranya untuk digunakan sebagai kecurangan. Tidak memilih berarti tidak peduli dengan politik saat ini, yaa masa gen z kok tidak nyoblos, malu lah" terang Pak RT menuturi Putri

    "yang bapak maksud golput yaa? maaf pak saya tidak golput. Ingat yaa besok ketika hari pencoblosan Saya pastikan akan datang ke TPS. Tapi ada satu hal yang paling tepat dalam situasi saat ini. Kita semua tahu bahwasanya ketiga capres memiliki posisi dilema. Tidak memilih juga merupakan hal memalukan bagi gen z. Hak suara kita tetap harus kita gunakan." Jelas Putri dengan lantang

    "terus kamu mau milih siapa Put?" Nisa, Jarwo, dan Sutijar bertanya serentak penasaran. Karena mereka bertiga tahu bahwasanya Putri selama ini tidak terlalu berpihak pada paslon manapun. Jadi mereka berpandangan bahwa Putri akan Golput

    "aku akan memilih paslon satu, dua dan tiga. Aku memilih paslon satu karena kecerdasan yang ia miliki sangat diperlukan untuk menjadi pemimpin di negeri ini. Aku memilih paslon dua karena ketulusan hati yang dimiliki sangat cocok dengan rakyat Indonesia. Aku memilih paslon tiga karena program-program yang ditawarkan saat kampanye sangat bagus dan lebih masuk akal"

Pak RT dan kawan-kawan Putri ternganga dengan apa yang diucapkan Putri. Sungguh keputusan yang benar-benar tidak terduga. 😮😮😮